Minggu, 21 Juni 2009

Makalah Sosiologi Agama PA Smt II 2008/2009

Pemimpin Agama (Elite Keagamaan)‎
Oleh: Dhani Fithriansyah Akbar (E32208027) dan Lia Hilyatun Masrifah (E82208024)‎


Setiap agama yang menyadari ditugaskan oleh pendirinya untuk meneruskan ”Karisma” yang diperoleh ‎kepada semua bangsa; dan yang menginginkan supaya tugas itu dilaksanakan secara teratur tertib; ‎agama yang demikian itu tidak dapat luput dari sosiologis, yaitu: organisasi, di mana unsur pimpinan ‎tidak dapat ditiadakan. Begitu pula pada agama bahari (adat) unsur pimpinan sama dengan pimpinan ‎kepala adat, atau kepala suku, atau dalam diri seorang dukun, seorang kyai, dsb. Masalah-masalah ‎yang dialami anggota suku (masyarakat) yang berkenaan dengan ajaran, upacara kebaktian, dan ‎kebijaksanaan lain, dibawa kepada dan diselesaikan oleh pemimpin agama adat yang bersangkutan. ‎Berkat kekuasaan dan kompetisi yang ada padanya maka keputusan-keputusan yang diambilnya ‎diterima baik dan dengan itu selesailah perkaranya. Para pemimpin agama adalah orang-orang yang ‎memimpin sekelompok umat beragama dalam menjalankan kegiatan beribadah atau kegiatan ‎keagamaan yang lain.‎

Peranan Pemimpin Agama dalam Pembangunan.

tujuannya ialah untuk memberantas kemiskinan dan menjembatani kesenjangan dan sasaran ‎awalnya ialah untuk membantu penduduk yang mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan krisis ‎ekonomi yang mereka alami.
dan peranan pemimpin agama dalam pembangunan ini adalah aspek pembangunan ruhaniyah dan kita ‎tahu sendiri bahwa unsur ini tidak mungkin terisi tanpa keterlibatan para pemeimpin agama dengan ‎demikian peranan pemimpin agama dalam pembangunan tidak bersifat pelengkap penderita akan tetapi ‎menjadi komponen inti. dan dalam pelaksanaannya dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu : ‎

‎1.‎ pemimpin agama sebagai motivator ‎

peranan pemimpin agama sebagai motivator sudah dapat diakui oleh masyarakat yang beragama ‎kreativitas dan karisma yang dimiliki dapat mendorong suksesnya kegiatan-kegiatan pembangunan ‎seperti dalam pembangunan ruhaniyah yang sangat kompleks dihadapi oleh umat manusia.begitu ‎kompelksnya permasalahan yang dihadapi oleh manusia, tanpa bantuan dari pemimpin agama ‎mungkin semuanya tidak dapat terselesaikan dengan baik walaupun juga masih bnyak yang lainnya, ‎contoh mencegah kerusakan lingkungan dan pelanggaran hak asasi manusia. ‎
doronngan-dorngan yang diberikan oleh pimpinan agama secara tidak langsung telah merubah ‎pandangan hidup masyarakat yang menjadi lebih positiv.. para pemimpin agama siyogianya ‎memberikan wawasan kepada masyarakat bahwa takdir hanyalah batas akhir upaya manusia dalam ‎meraih prestasi. dengan demikian para pemimpin agama harus mampu membuktikan kemampuan ‎utmutk berbicara secara rasional dan tetp membangkitkan gairah serta aksi masyarakat dalam meraih ‎yang telah dicita-citakan.dapat membuat masyarakat untuk selalu berfikir positiv.

‎2.‎ pemimpin agama sebagai pembimbing moral ‎

kaitannya dalam pembanguan ialah perannya yang berkaitan dengan upaya menanamkan prinsip-‎prinsip etik dan moral masyarakat. yang kenyataannya pemimpin agama dalam meletakkan ‎moral,etis,spiritual dan peningkatan pengalaman agama baik pada kehidupan pribadi ataupun sosial. ‎hal ini dimaksudkan agar kegiatan pembangunan memperoleh kesejatiannya dengan cara berpijak pada ‎landasan etis dan moral.‎
peranan pemimipin agama dengan bekal ilmu agama yang dimilikinya memberikan tuntunan dan ‎patokan sebagai rambu-rambu dalam mengaktualisasikan kegiatan pembangunan. tuntunan dan ‎patokan yang tertuang dalam kitab suci,teladan para nabi dan hukum-hukum agama yang merupakan ‎elaborasi dari sabda tuhan menurut hasil para pemuka pemimpin dan pemikir agama dimasa lalu yang ‎mereka jadikan untuk membimbing dan memberi arah pembangunan yang menyeluruh dan lebih ‎positiv.
peranan pemimpin agama yang memiliki sikap jujur dan tdak menghiraukan kedudukan sangat ‎dikagumi oleh masyarakat yang menganutnya. ajaran tentang pentingnya efesiensi dalam menjalani ‎kehidupan, hidup secara sederhana, tidak berlebih-lebihan, senantiasa bersikap tawakkal dan selalu ‎mengapdi pada tuhan adalah sebagian kecil contoh dari sifat-sifat yang diodpsi masyarakat dari para ‎pemimpin agamanya selain itu para pemimpin agama juga menerapkan agar tidak congkak terhadap ‎sesamanya memperlakukan orang-orangatidak dengan cara diskriminatif.‎

‎3.‎ pemimpin agama sebagai mediator.‎

pemimipin agama yang biasanya memposisikan dirinya sebagai mediator diantara beberpa pihak ‎dimasyarakat. seperti antara masyarakat miskin dan masyarakat yang elite penguasa dapat ‎mensosialisasikan program-programnya kepeda masyarakat luas melalui bantuan dari para pemimpin ‎agama sehingga diantara keduanya terjadi saling pengertian, contohnya ialah program KB diindonesia ‎yang tidak dapat dipisahkan dari peranan pemimpin agam yang sebagai mediator di masyarakat.‎

Jabatan (Pimpinan) dalam Agama

‎1.‎ Agama Buddha
A.‎ Rahib
Rahib adalah petapa dalam biara
B.‎ Biarawan dan Biarawati
‎1)‎ Biarawan adalah seorang laki-laki yang melakukan asketisme ‎, memfokuskan ‎pikiran dan raganya untuk agama.‎
‎2)‎ Biarawati adalah seorang perempuan yang secara sukarela meninggalkan kehidupan ‎duniawi dan memfokuskan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara ‎‎(vihara/kuil).‎
C.‎ Sangha
Sangha adalah pendeta dalam agama budha.‎

‎2.‎ Agama Hindu
A.‎ Brahmana
Brahmana adalah golongan paderi atau sami dalam agama Hindu. Mereka menguasai ‎ajaran serta adat keagamaan. Kaum Brahmana tidak memakan benda berdarah. ‎Brahmana adalah golongan karya yang setiap orangnya memiliki ilmu pengetahuan suci ‎dan mempunyai bakat kelahiran untuk mensejahterakan masyarakat, negara dan umat ‎manusia dengan jalan mengamalkan ilmu pengetahuannya dan dapat memimpin ‎upacara keagamaan.‎
B.‎ Pedanda (dalam agama hindu dharma)‎
Pedanda adalah imam dari golongan brahmana (kasta imam). Agar dapat seseorang ‎dapat ditahbiskan sebagai pedanda, ia harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.‎
C.‎ Pemangku (dalam agama hindu dharma)‎
Imam ini dapat diambil dari kasta selain brahmana, sekalipun biasanya seorang dari ‎kasta sudralah yang menjabatnya. Dialah yang menjaga pura, memimpin upacara-‎upacara di pura, dsan segala upacara-upacara lainnya. Jabatan pemangku tidak ‎ditahbiskan seperti pedanda, akan tetapi ditunjuk langsung oleh dewa melalui orang-‎orang yang dirasuki roh ilahi.‎
D.‎ Sengguhu (dalam agama hindu dharma)‎
Sengguhu adalah imam untuk kasta rendah. Biasanya ia sendiri juga berasal dari kasta ‎rendah (sudra), namun ia mengaku berasal dari sang Hyang Tunggal dan sang Hyang ‎Meleng (matahari). Ia bertugas mempersembahkan sesajen untuk tokoh-tokoh dari alam ‎bawah. Secara khusus sengguhu dihubungkan dengan Dewa Wisnu (dewa air dan laut).‎

‎3.‎ Agama Islam
A.‎ Imam dan Ulama‎
‎1)‎ Imam (Bahasa Arab: ‎إمام‎ Imām) adalah pemimpin komunitas agama Islam. ‎Pemimpin Islam dan hirarki kepemimpinannya disebut Imamah. Dalam Islam ‎adanya Imam dan Imamah adalah suatu keharusan.‎
‎2)‎ Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk ‎mengayom, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah ‎agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan ‎maupun sosial kemasyarakatan.‎
B.‎ Mufti
Mufti adalah ulama yang memiliki wewenang untuk menginterpretasikan teks dan ‎memberikan fatwa kepada umat. Fungsi mufti terkadang diambil oleh suatu organisasi ‎ulama seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) maupun oleh Pengadilan Agama. Fatwa ‎MUI hanya merupakan anjuran bagi umat sedangkan keputusan Pengadilan Agama ‎memiliki suatu kekuatan hukum.‎

‎4.‎ Agama Kong Hu Chu
A.‎ Jiao Sheng (Penebar Agama)‎
Jiao Sheng atau penebar agama adalah ‎
B.‎ Wen Shi (Guru Agama)‎
Wen Shi atau guru agama adalah ‎
C.‎ Xue Shi (Pendeta)‎
Xue Shi atau pendeta agama adalah
D.‎ Zhang Lao (Tokoh Sesepuh)‎
Zhang Lao atau tokoh sesepuh adalah ‎


‎5.‎ Agama Kristen (Katholik, Protestan, dan Ortodoks)‎
A.‎ Pastor
Pastor adalah sebutan bagi pemimpin agama di lingkungan Gereja Kristen. Di ‎Indonesia, sebutan ini biasanya digunakan untuk imam di lingkungan Gereja Katolik ‎Roma, sementara di negara-negara berbahasa Inggris, biasanya di lingkungan Gereja ‎Protestan.‎
Kata pastor sendiri berasal dari bahasa Latin pastōr yang berarti gembala.‎
B.‎ Biarawan dan Biarawati
‎1)‎ Biarawan adalah seorang laki-laki yang melakukan asketisme, memfokuskan ‎pikiran dan raganya untuk agama.‎
‎2)‎ Biarawati adalah seorang perempuan yang secara sukarela meninggalkan kehidupan ‎duniawi dan memfokuskan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara ‎‎(gereja).‎
C.‎ Paus, Kardinal, Uskup, Imam
‎1)‎ Paus (dari Bahasa Latin: papa, bapak, ayah; dari Bahasa Yunani: pappas, ayah) ‎adalah Uskup Roma, pemimpin spiritual Gereja Katolik, dan kepala negara Kota ‎Vatikan. Komunitas beriman yang mengakui Suksesi Apostolik menganggap Uskup ‎Roma sebagai penerus St. Petrus. Demikian pula umat Katolik meyakini bahwa ‎paus adalah Wakil Kristus.‎
‎2)‎ Kardinal adalah pejabat senior dalam gereja Katolik Roma. Berada di bawah Paus ‎dan ditunjuk langsung oleh paus sebagai anggota dewan kardinal. Tugas para ‎kardinal adalah untuk menghadiri rapat dalam dewan suci dan siap sedia untuk ‎hadir, baik secara pribadi maupun bersama-sama, kapanpun Sri Paus membutuhkan ‎nasehat mereka.‎
‎3)‎ Uskup adalah pimpinan Gereja setempat yang bernama Keuskupan dan merupakan ‎bagian dari hirerarki Gereja Katolik Roma setelah Sri Paus (Uskup Agung Roma) ‎dan Kardinal. Dalam kedudukannya ini, Uskup sering disebut sebagai pengganti ‎dari para rasul Kristus. Setiap Uskup, karena tahbisannya, dengan sendirinya ‎menjadi bagian dari jajaran para Uskup se-dunia (Collegium Episcopale) di bawah ‎pimpinan Sri Paus dan bertanggungjawab atas seluruh Gereja Katolik (Paroki) yang ‎berada di dalam wilayah Keuskupan-nya. Dalam Gereja, kedudukan Uskup bersifat ‎seumur hidup dan diangkat oleh Tahta Suci (The Holy See) di Vatican, Roma.‎
‎4)‎ Imam adalah orang yang diberikan wewenang untuk menyelenggarakan upacara ‎keagamaan. Jabatan atau kedudukan mereka disebut imamat, istilah yang juga dapat ‎digunakan secara kolektif.‎
D.‎ Patriarkh, Primat
‎1)‎ Istilah patriarkh terutama digunakan dalam makna jabatan Gereja. Dalam Gereja ‎Katolik, Gereja Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental, dan Gereja Asiria ‎Timur, para uskup yang derajatnya paling tinggi disebut patriarkh. Dalam Gereja ‎Katolik, derajat seorang patriarkh lebih tinggi daripada uskup agung utama dan ‎primat, dan lebih rendah daripada kardinal.‎
‎2)‎ Primat (dari Bahasa Latin: primus yang berarti "pertama") adalah gelar atau derajat ‎yang dianugerahkan kepada seorang uskup. Tergantung pada tradisi yang diikuti, ‎gelar primat dapat mengacu pada gelar kekuasaan ataupun gelar kehormatan.‎
E.‎ Diakon, Penatua
‎1)‎ Diakon (Bahasa Latin: Diaconus) adalah suatu peranan dalam Gereja Kristen yang ‎umumnya diasosiasikan dengan pelayanan dalam beberapa bidang yang berbeda-‎beda menurut tradisi teologis dan denominasional. Dalam banyak tradisi, diakonat ‎‎(jabatan diakon) merupakan suatu jabatan klerus; dalam tradisi lainnya, diakonat ‎diperuntukkan bagi umat awam. Kata diakon berasal dari kata Yunani diakonos, ‎yang kerap diterjemahkan sebagai pelayan atau lebih khusus lagi pelayan meja ‎‎(Bahasa Inggris : waiter) – pelayan gereja.‎
‎2)‎ Penatua adalah anggota pengurus gereja untuk membantu tugas pendeta.‎



‎6.‎ Agama Yahudi
A.‎ Rabi
Rabi atau Rabbi dalam Yudaisme, berarti "guru", atau arti harafiahnya "yang agung". ‎Kata "Rabi" berasal dari akar kata bahasa Ibrani RaV, yang dalam bahasa Ibrani ‎alkitabiah berarti "besar" atau "terkemuka, (dalam pengetahuan)". Rabi adalah pendeta ‎dalam agama yahudi.‎

Kesimpulan:‎

‎1.‎ Pemuka agama adalah orang-orang yang memimpin sekelompok umat beragama dalam ‎menjalankan kegiatan beribadah atau kegiatan keagamaan yang lain.‎
‎2.‎ Peranan pemuka agama dalam pembangunan adalah sebagai motivator, pembimbing moral dan ‎mediator.‎
‎3.‎ Pemuka agama dalam agama budha ialah: Rahib, Biarawan dan Biarawati, dan Sangha.‎
‎4.‎ Pemuka agama dalam agama hindu adalah Brahmana, Pedanda, Pemangku, dan Sengguhu.‎
‎5.‎ Pemuka agama dalam agama islam adalah Imam, Ulama, dan Mufti.‎
‎6.‎ Pemuka agama dalam agama Kong Hu Chu adalah Jiao Sheng (Penebar Agama), Wen Shi (Guru ‎Agama), Xue Shi (Pendeta), dan Zhang Lao (Tokoh Sesepuh).‎
‎7.‎ Pemuka agama dalam agama kristen adalah Pastor, Biarawan dan Biarawati, Paus, Kardinal, ‎Uskup, Imam, Patriarkh, Primat, Diakon, dan Penatua. ‎
‎8.‎ Pemuka agama dalam agama yahudi adalah Rabi.‎
‎9.‎ Dengan adanya pemuka agama, maka masyarakat beragama tidaklah harus bersusah payah ‎mempelajari secara mendetail apabila akan menjalankan ritual peribadatan. Selain itu adanya ‎pemimpin agama dalam agama akan memberikan rasa puas dan tenang dalam peribadatan, sebab ‎pemeluk agama dibimbing oleh orang yang mengetahui agama (pemuka agama) dan pastinya ‎pemeluk agama akan yakin bahwa do’a dan ibadahnya akan diterima oleh Tuhan karena dipandu ‎oleh pemuka agama.‎
‎10.‎ Dan dengan adanya pemuka agama, maka masyarakat beragama akan memiliki panutan dalam ‎hidupannya, sebab masyarakat beragama meyakini bahwa hidup ini adalah pemberian Tuhan yang ‎harus disyukuri melalui agama. ‎

Realita Pemuka Agama Masa Kini

Seorang pemuka agama dalah orang yang memiliki karisma di mata masyarakat sekitarnya, ‎utamanya masyarakat beragama. Setiap tingkah laku dari sang pemuka agama akan lebih mudah ‎diikuti oleh masyarakat sekitar, sebab dia memiliki karisma yang baik di hadapan masyarakat ‎sekelilingnya.‎
Akan tetapi, bagaimana pun juga seorang pemuka agama tetaplah seorang manusia yang tidak ‎lepas dari salah dan lupa. Setaat apapun seorang pemuka agama pastilah dia pernah mengalami masa ‎gelap dalam hidupnya. Jadi pemuka agama tetaplah manusia biasa, bukan manusia sempurna yang tak ‎luput dari cela dan hina. Tinggal bagaimana seorang pemuka agama bisa melalui masa gelap dalam ‎hidupnya dengan bijaksana, tanpa merusak karismatiknya di muka masyarakat. Sebagaimana yang ‎telah dikatakan, bahwa: “Keimanan dapat bertambah, dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan, dan ‎berkurang dengan maksiat.” ‎
Pada realita saat ini kita mendengar banyak kasus pidana yang melibatkan pemuka agama, baik ‎itu kyai, maupun pastor ataupun pendeta. Banyak kita temui di media massa berita-berita tentang ‎pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, seperti perkosaan, sodom, dsb. yang dilakukan oleh ‎pemuka agama. Dalam benak kita sebagai masyarakat biasa adalah: bagaimana mungkin seorang ‎pemuka agama yang taat beribadah dan dekat dengan tuhan bisa melakukan hal sekeji itu? Seperti ‎yang telah disebutkan diatas bahwa keimanan dapat bertambah dan berkurang, maka sudah barang ‎tentu si pemuka agama itu tengah mengalami masa gelap dan imannya sedang berkurang. Selain ‎disebabkan hawa nafsunya, karena dia juga seorang manusia biasa, dia juga memiliki faktor internal ‎dari dalam dirinya, seperti masalah-masalah pribadinya yang terpendam dan tak terselesaikan, ‎sehingga dia lari untuk melakukan hal keji itu.‎
Oleh karena itu sebagai komunitas (masyarakat) beragama, maka hendaknya kita saling ‎mengingatkan satu sama lainnya, sehingga kita semua bisa meminimalisir kemaksiatan di sekitar kita. ‎

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, dkk.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
Dadang Khmad.2006.Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosda Karya‎
Hadiwijoyo, Harun.2005.Agama Hindu dan Budha. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia‎
Hendropuspito.1983.Sosiologi Agama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius‎
http://www.wikipedia.org/‎

Jumat, 19 Juni 2009

Tentang Kebenaran

Kriteria (ukuran) kebenaran memiliki beberapa aliran (teori) dalam ilmu filsafat, yaitu: ‎teori korespondensi, teori koheren, dan teori pragmatisme. Selain dalam ilmu filsafat, criteria ‎kebenaran juga ditunjukkan dalam agama (agama sebagai teori kebenaran).‎

Inti dari teori korespondensi tentang kebenaran adalah yang berkesesuaian dengan fakta, ‎yang berselaras dengan realitas, yang serasi (correspondens) dengan situasi actual. Dengan ‎demikian, kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada kesetiaan realitas obyektif ‎‎(nyata, bias diraba, dan bisa dilihat/dirasakan dengan panca indera tidak hanya satu orang). Jadi ‎kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan itu sendiri. ‎Contoh: “Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia”. Pernyataan itu benar karena Jakarta ‎memang ibukota RI. Kebenarannya terletak pada hubungan antara pernyataan dan kenyataan.‎

Inti dari teori koheren tentang kebenaran adalah kebenaran yang didukung. Maksudnya ‎adalah suatu pernyataan yang didukung dan diakui oleh orang banyak. Dan pernyataan yang ‎dinyatakan ini tahan uji dengan teori-teori baru (pernyataan kebenaran) sesudahnya.‎

Selanjutnya adalah inti dari teori pragmatisme yang beranggapan bahwa sesuatu yang ‎benar adalah sesuatu yang berdampak positif bagi manusia. Adapun batu ujian kebenaran dari ‎teori pragmatisme ini adalah kegunaan, dapat dikerjakan, akibat atau pengaruhnya yang ‎memuaskan. Menurut teori ini tidak ada pkebenaran mutlak/absolut. Sebagai contoh, Tuhan ‎dalam agama menurut penganut teori pragmatisme, kebenarannya bukan terletak pada ‎keberadaan Tuhan yang disembah dalam agama, melainkan dampak/efek dari Tuhan dalam ‎agama yang positif bagi kehidupan manusia, sebab dengan adanya agama kehidupan manusia ‎akan berlangsung secara tertib dan jiwanya akan tenang.‎

Dan untuk teori yang menyatakan bahwa agama sebagai teori kebenaran beranggapan ‎bahwa selama sesuatu itu sesuai dengan ajaran agama atau wahyu, maka sesuatu dinyatakan ‎benar. Dan tolak ukur kebenaran menurut teori ini adalah kitab suci agama (wahyu).‎

Jadi dapat kita simpulkan bahwa kebenaran menurut teori korespondensi, teori koheren, ‎dan teori pragmatisme adalah semua kebenaran itu berasal dari satu pernyataan yang ada dan ‎diakui/dipercayai oleh orang banyak. ‎

Dalam teori korespondensi muncul pertanyaan siapa yang membuat obyek? Obyektif ‎tidak lain dan tidak bukan ada/muncul dari subyektifitas (sudah barang tentu dalam hal ini [teori ‎korespondensi] berarti nyata, bias diraba, dan bisa dilihat/dirasakan dengan panca indera tidak ‎hanya satu orang) yang diakui/diyakini oleh orang banyak, seperti jakarta adalah ibukota RI, ‎maka di situ ada orang yang membuat/menyatakan bahwa ada suatu daerah yang bernama jakarta ‎dan itu merupakan ibukota suatu organisasi yang memiliki wilayah dan bangsa bernama RI, ‎berangkat dari situlah maka orang yang membuat pernyataan tersebut menanamkan ‎doktrin/pendapatnya pada orang lain dan pada akhirnya dia dan pernyataannya diakui dan ‎diyakini oleh orang banyak. ‎

Kemudian dalam teori koheren yang menyatakan bahwa kebenaran adalah dari suatu ‎pernyataan yang didukung dan diakui oleh orang banyak, sehingga muncullah asumsi bahwa dia ‎yang mampu membuat sebuah pernyataan (baik rasional maupun yang irrasional), dan ‎mampu menanamkan/menjadikan pernyataannya (doktrin) diakui dan diyakini orang ‎banyak maka dialah si benar, dan selain dia adalah salah. Jadi nilai kebenaran sebenarnya ‎milik setiap manusia yang normal dan berpikir dan memiliki kriteria yang disebutkan di atas. ‎Sebagai contoh, Paus Urbanus II menyatakan bahwa bagi mereka yang bersedia berperang ‎melawan kaum Muslimin di Yerusalem (perang salib) akan diampuni dosa-dosanya, dan mati ‎dalam perang salib adalah mati suci dan akan masuk surga, sehingga bagi mereka yang ‎berperang dalam perang salib akan beranggapan bahwa pernyataan paus itu adalah benar.‎

Selanjutnya teori pragmatisme yang menyatakan bahwa sesuatu yang berdampak positif ‎bagi manusia adalh benar, sehingga muncul problem bahwa setiap manusia memiliki ‎karakteristik yang bermacam-macam, yang mana yang baik menurut si A belum tentu baik ‎menurut si B. Dan jika demikian yang terjadi maka kebenaran itu hanya berlaku bagi ‎manusia tertentu saja yang memiliki ketentuan-ketuntuan yang bagi mereka berdampak ‎positif. Sebagai contoh, menjulurkan lidah bagi suku maoi di selandia baru adalah berdampak ‎positif, karena ini berarti suatu sapaan antar individu, sedangkan bagi orang indonesia pada ‎umumnya hal ini berdampak negatif, karena menjulurkan lidah bagi orang indonesia pada ‎umumnya dalah penghinaan.‎

Dan dalam teori agama sebagai teori kebenaran, maka semua agama pada akhirnya ‎akan dinyantakan benar asal sesuai dengan ajaran agama tersebut. Dan sangat ‎dimungkinkan muncul asumsi bahwa agama tidak lain adalah penghibur manusia karena akalnya ‎tidak mampu menjangkau (menjawab) pertanyaan yang dibuat dirinya sendiri, seperti apa ‎kehidupan setelah kematian? Adakah balasan bagi pendosa? Dan sekarang yang sedang tren ‎adalah mengungkap kebenaran/pernyataan agama (dalam hal ini adalah Islam) dengan fakta-‎fakta ilmu pengetahuan, yang mana sebenarnya manusia itu sendiri ingin membuktikan ‎pernyataan-pernyataan dalam agama tentang kebenarannya. Selain itu agama juga berperan ‎sebagai penenang jiwa manusia, agar jika di telah sampai pada limit otaknya dia akhirnya kan ‎kembali peda agama dan Tuhan dalm rangka menenangkan jiwanya gar jangan sampai dia sakit ‎jiwa alias gila karena tidak menemukan jawaban pertanyaannya.‎

Dan akhirnya dapat disimpulkan bahwa kebenaran hanya berlaku pada suatu ‎kumpulan manusia pada suatu masa. Seperti bilangan angka terdiri dari 0-9 dengan ‎kombinasi-kombinasinya, hal ini kan berlaku saat ini pada masyarakat sekarang, dan tidak ‎menutup kemungkinan ini akan bernilai salah di kemudian hari. Contoh lainnya adalah bahwa ‎bumi sebagai pusat tata surya, hal ini bernilai benar bagi kalangan gereja pada abd pertengahan ‎di Eropa, dan pada masa sekarang hal itu bernilai salah.‎


Renungan Sang Maharaja...