Jumat, 19 Juni 2009

Tentang Kebenaran

Kriteria (ukuran) kebenaran memiliki beberapa aliran (teori) dalam ilmu filsafat, yaitu: ‎teori korespondensi, teori koheren, dan teori pragmatisme. Selain dalam ilmu filsafat, criteria ‎kebenaran juga ditunjukkan dalam agama (agama sebagai teori kebenaran).‎

Inti dari teori korespondensi tentang kebenaran adalah yang berkesesuaian dengan fakta, ‎yang berselaras dengan realitas, yang serasi (correspondens) dengan situasi actual. Dengan ‎demikian, kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada kesetiaan realitas obyektif ‎‎(nyata, bias diraba, dan bisa dilihat/dirasakan dengan panca indera tidak hanya satu orang). Jadi ‎kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan itu sendiri. ‎Contoh: “Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia”. Pernyataan itu benar karena Jakarta ‎memang ibukota RI. Kebenarannya terletak pada hubungan antara pernyataan dan kenyataan.‎

Inti dari teori koheren tentang kebenaran adalah kebenaran yang didukung. Maksudnya ‎adalah suatu pernyataan yang didukung dan diakui oleh orang banyak. Dan pernyataan yang ‎dinyatakan ini tahan uji dengan teori-teori baru (pernyataan kebenaran) sesudahnya.‎

Selanjutnya adalah inti dari teori pragmatisme yang beranggapan bahwa sesuatu yang ‎benar adalah sesuatu yang berdampak positif bagi manusia. Adapun batu ujian kebenaran dari ‎teori pragmatisme ini adalah kegunaan, dapat dikerjakan, akibat atau pengaruhnya yang ‎memuaskan. Menurut teori ini tidak ada pkebenaran mutlak/absolut. Sebagai contoh, Tuhan ‎dalam agama menurut penganut teori pragmatisme, kebenarannya bukan terletak pada ‎keberadaan Tuhan yang disembah dalam agama, melainkan dampak/efek dari Tuhan dalam ‎agama yang positif bagi kehidupan manusia, sebab dengan adanya agama kehidupan manusia ‎akan berlangsung secara tertib dan jiwanya akan tenang.‎

Dan untuk teori yang menyatakan bahwa agama sebagai teori kebenaran beranggapan ‎bahwa selama sesuatu itu sesuai dengan ajaran agama atau wahyu, maka sesuatu dinyatakan ‎benar. Dan tolak ukur kebenaran menurut teori ini adalah kitab suci agama (wahyu).‎

Jadi dapat kita simpulkan bahwa kebenaran menurut teori korespondensi, teori koheren, ‎dan teori pragmatisme adalah semua kebenaran itu berasal dari satu pernyataan yang ada dan ‎diakui/dipercayai oleh orang banyak. ‎

Dalam teori korespondensi muncul pertanyaan siapa yang membuat obyek? Obyektif ‎tidak lain dan tidak bukan ada/muncul dari subyektifitas (sudah barang tentu dalam hal ini [teori ‎korespondensi] berarti nyata, bias diraba, dan bisa dilihat/dirasakan dengan panca indera tidak ‎hanya satu orang) yang diakui/diyakini oleh orang banyak, seperti jakarta adalah ibukota RI, ‎maka di situ ada orang yang membuat/menyatakan bahwa ada suatu daerah yang bernama jakarta ‎dan itu merupakan ibukota suatu organisasi yang memiliki wilayah dan bangsa bernama RI, ‎berangkat dari situlah maka orang yang membuat pernyataan tersebut menanamkan ‎doktrin/pendapatnya pada orang lain dan pada akhirnya dia dan pernyataannya diakui dan ‎diyakini oleh orang banyak. ‎

Kemudian dalam teori koheren yang menyatakan bahwa kebenaran adalah dari suatu ‎pernyataan yang didukung dan diakui oleh orang banyak, sehingga muncullah asumsi bahwa dia ‎yang mampu membuat sebuah pernyataan (baik rasional maupun yang irrasional), dan ‎mampu menanamkan/menjadikan pernyataannya (doktrin) diakui dan diyakini orang ‎banyak maka dialah si benar, dan selain dia adalah salah. Jadi nilai kebenaran sebenarnya ‎milik setiap manusia yang normal dan berpikir dan memiliki kriteria yang disebutkan di atas. ‎Sebagai contoh, Paus Urbanus II menyatakan bahwa bagi mereka yang bersedia berperang ‎melawan kaum Muslimin di Yerusalem (perang salib) akan diampuni dosa-dosanya, dan mati ‎dalam perang salib adalah mati suci dan akan masuk surga, sehingga bagi mereka yang ‎berperang dalam perang salib akan beranggapan bahwa pernyataan paus itu adalah benar.‎

Selanjutnya teori pragmatisme yang menyatakan bahwa sesuatu yang berdampak positif ‎bagi manusia adalh benar, sehingga muncul problem bahwa setiap manusia memiliki ‎karakteristik yang bermacam-macam, yang mana yang baik menurut si A belum tentu baik ‎menurut si B. Dan jika demikian yang terjadi maka kebenaran itu hanya berlaku bagi ‎manusia tertentu saja yang memiliki ketentuan-ketuntuan yang bagi mereka berdampak ‎positif. Sebagai contoh, menjulurkan lidah bagi suku maoi di selandia baru adalah berdampak ‎positif, karena ini berarti suatu sapaan antar individu, sedangkan bagi orang indonesia pada ‎umumnya hal ini berdampak negatif, karena menjulurkan lidah bagi orang indonesia pada ‎umumnya dalah penghinaan.‎

Dan dalam teori agama sebagai teori kebenaran, maka semua agama pada akhirnya ‎akan dinyantakan benar asal sesuai dengan ajaran agama tersebut. Dan sangat ‎dimungkinkan muncul asumsi bahwa agama tidak lain adalah penghibur manusia karena akalnya ‎tidak mampu menjangkau (menjawab) pertanyaan yang dibuat dirinya sendiri, seperti apa ‎kehidupan setelah kematian? Adakah balasan bagi pendosa? Dan sekarang yang sedang tren ‎adalah mengungkap kebenaran/pernyataan agama (dalam hal ini adalah Islam) dengan fakta-‎fakta ilmu pengetahuan, yang mana sebenarnya manusia itu sendiri ingin membuktikan ‎pernyataan-pernyataan dalam agama tentang kebenarannya. Selain itu agama juga berperan ‎sebagai penenang jiwa manusia, agar jika di telah sampai pada limit otaknya dia akhirnya kan ‎kembali peda agama dan Tuhan dalm rangka menenangkan jiwanya gar jangan sampai dia sakit ‎jiwa alias gila karena tidak menemukan jawaban pertanyaannya.‎

Dan akhirnya dapat disimpulkan bahwa kebenaran hanya berlaku pada suatu ‎kumpulan manusia pada suatu masa. Seperti bilangan angka terdiri dari 0-9 dengan ‎kombinasi-kombinasinya, hal ini kan berlaku saat ini pada masyarakat sekarang, dan tidak ‎menutup kemungkinan ini akan bernilai salah di kemudian hari. Contoh lainnya adalah bahwa ‎bumi sebagai pusat tata surya, hal ini bernilai benar bagi kalangan gereja pada abd pertengahan ‎di Eropa, dan pada masa sekarang hal itu bernilai salah.‎


Renungan Sang Maharaja...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar