Rabu, 25 Juni 2014

Peta JNE Surabaya

Peta menuju JNE cabang Surabaya (Ruko Surya Inti Permata Super blok A no. 7-8, Jl. Raya Juanda KM. 3 Surabaya, Telp. (031) 8673885, Fax (031) 8673886) dan Gudang Operasinonal (khusus pengambilan barang/paket dengan alamat Surabaya) JNE Surabaya (Pergudangan Astrio Baru blok B-11, Jl. Raya Betro no. 60 A Gedangan Sidoarjo - Operasional pengambilan barang/paket pukul 09.00 - 20.00 pada hari senin-sabtu).
Untuk pengambilan barang/paket dengan alamat Sidoarjo, dapat dilakukan di JNE Kantor Perwakilan Sidoarjo dengan alamat Jl. Mojopahit no. 15-17 Sidoarjo (setelah Jl. Gajah Mada, arah RSUD Sidoarjo - dekat pertigaan putar balik ke Surabaya). Info lebih lanjut hubungi JNE Surabaya (031) 8673885.

Rabu, 29 Februari 2012

Proses Belajar Mengajar (PBM)

Proses Belajar Mengajar (PBM)
Oleh: Dhani Fithriansyah A.

1. Apa definisi belajar mengajar?
2. Apa saja hal-hal yang terkait dengan proses belajar mengajar (PBM)?
3. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi proses belajar mengajar (PBM)?

Definisi Belajar Mengajar

Belajar mengajar dalam bahasa Indonesia memiliki kata dasar ajar yang menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Definisi belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan mengajar adalah memberi pelajaran ; melatih; memarahi (memukuli, menghukum, dsb) supaya jera.

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam bahasa asingnya: “Learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which fells a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment” (W.H Burton, The Guidance of Learning Activities, 1984). Dalam pengertian ini terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti bahwa seseorang yang telah mngalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya.

Definisi belajar dapat pula dijabarkan sebagai berikut: (1) dalam belajar ada tingkah laku yang timbul tau berubah, baik tingkah laku jasmaniah atau rohaniah. (2) perubahan itu terjadi kerena pengalaman (menghadapi situasi baru) dan latihan. (3) perubahan tingkah laku yang bukan karena latihan (pendidikan) tidak digolongkan belajar. Misalnya tingkah laku yang berubah karena mabuk, karena hipnotisme dsb. (4) belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme sebagai hasil pengalaman, hal ini berarti bahwa belajar membutuhkan waktu. Adapun ciri-ciri belajar, yaitu: (1) belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral changes – perubahan-perubahan tentang kelakuan atau sifat tabiat terj.), baik aktual maupun potensial. (2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relative lama. (3) perubahan itu terjadi karena usaha.

Sedangkan untuk definisi mengajar adalah suatu kegiatan bertujuan. Dengan pengertian, kegiatan yang terikat oleh tujuan dan dilaksanakan untuk pencapaian tujuan serta terarah pada tujuan. Beberapa batasan pengertian mengajar dapat dikemukakan antara lain: (1) mengajar adalah usaha guru membimbing, mengarahkan atau mengorganisir belajar. Mengajar adalah suatu rangakaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar ia dapat menerima, memahami, managgapi, menghayati, memiliki, menguasai dan mengembangkannya. Jadi mengajar itu mempunyai tujuan antara lain agar murid dapat memperoleh pengetahuan, kemudian dapat pula mengembangkan pengetahuan itu (Dirjenbinbaga Islam, 1982). (2) mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungannya, termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan (Nasution, S. 1981). (3) rumusan lain menyatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Mengajar adala menyampaikan kebudayaan pada anak. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Nasution, S. 1982).

Beberapa definisi lain untuk mengajar: (1) mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. (2) mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. (3) mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Adapun kesimpulan yang didapat dari definisi-definisi yang tersebut, definisi 1 dan 2 hampir sama maksudnya, yaitu penguasaan pengetahuan atau kebudayaan oleh anak. Pada definisi 3 dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) mengajar berarti membimbing aktivitas anak. (2) mengajar berarti membimbing pengalaman anak. (3) mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.

Hal-hal yang Terkait dengan Proses Belajar Mengajar (PBM)

Sesuai dengan definisi-definisi tentang belajar mengajar yang termaktub pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang terkait erat dengan proses belajar mengajar antara lain: Guru, Murid, Sarana dan Prasarana, serta Lingkungan.

Dalam sebuah proses belajar mengajar, diperlukan adanya guru kualfied atau berkompeten pada bidang studi yang diampunya. Dengan adanya guru yang demikian, dan ditunjang dengan akhlak yang terpuju, maka dapat dipastikan bahwa guru ini adalah guru yang baik, dalam arti dia adalah guru yang memang benar-benar siap melakukan pengajaran.

Komponen berikutnya yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar adalah murid. Seorang murid adalah orang yang siap ditempa untuk menjadi orang yang lebih dari sebelumnya. Jika mulanya dia bodoh maka dia akan pandai, jika mulanya berakhlak tercela maka akan menjadi berakhlak terpuji. Akan tetapi adalah suatu keniscayaan bahwa tiap-tiap murid akan memiliki kemampuan-kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan karena factor-faktor lingkungan sekitarnya, seperti keluarga dan masyarakat, di samping itu ini jaga bisa diakibatkan lantaran memang kemampuannya yang rendah (idiot dan autis). Untuk menyikapio hal yang demikian dan agar proses belajar mengajar dapat mencapai target, maka dalam prosesnya diklasifikasikan murid-muridnya (peserta didik). Sebab seorang guru nantinya tidak dapat begitu saja menggeneralisir semua anak didiknya. Jika murid/anak didiknya mengalami keterbelakangan mental, maka dia sudah selayaknya memperoleh pendidikan khusus (SLB) agarnantinya dia bisa memperoleh (melaksanakan) proses belajar mengajar dengan baik.

Kemudian komponen pendukung agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan maksimal, adlah adanya sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini dapat diindikasikan dengan bagaimana kondisi tempat dilakukannya belajar mengajar, seperti bagaimana kondisi ruang yang digunakan proses belajar mengajar, bagaimana bentuk-bentuk media pembelajarannya – apakah hanya menggunakan buku atau menggunakan alat-alat peraga atau mungkin juga langsung praktik, dan juga termasuk bagaimana fasilitas tempat pendidikannya (sekolah). Jika hal-hel tersebut dapat dipenuhi, maka tidak disangsikan lagi akan mempermudah pemahan murid dalam menerima pengajaran, dan ini juga mengindikasikan sebagai kesuksesan atas terselenggaranya proses belajar mengajar.

Dan untuk komponen terakhir yang berkaitan erat dengan proses belajar mengajar adalah lingkungan. Sebuah proses belajar mengajar akan dapat mencapai kesuksesan dapat dilihat dari lingkungan di mana diselenggarakannya proses belajar mengajar, tentu saja dengan komponen-komponen yang telah tersebut di atas telah terpenuhi. Jika lingkungan diadakannya proses belajar mengajar tidak kondusif, seperti dlam kondisi tidak aman (terjadi kerusuhan atau konflik yang menyebabkan adanya adu fisik/perang, dsb), kondisi ramai hingar bingar (di tengah pasar/deakt mall atau di tempat-tempat yang ramai), dan juga lingkungan tidak kondusif yang disebabkan iklim, seperti panas yang menyengat ataupun dingin yang menusuk. Untuk dapat mencapai suksesnya proses belajar mengajar, kondisio lingkungan tempat belajar mengajar harus diperhitungkan. Hendaknya dalam proses belajar mengajar dilaksanakan dilingkungan yang kondusif seperti di tempat yang tenang, tidak dekat tempat hiburan ataupun perbelanjaan (karena jika ini terjadi akan memancing anak didik untuk membolos tidak mengikuti proses belajar mengajar), dsb.

Itulah komponen-kompenen yang harus dipenuhi gunak terselenggarakannya proses belajar mengajar yang sukses. Jika ada satu saja komponen yang tidak terpenuhi, maka bisa dipastikan proses belajar mengajar tidak mencapai target maksimal yang diharapkan.


Hal-hal yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar (PBM)

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal (intern) dan faktor eksternal (ekstern). Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang melakukan proses belajar mengajar – utamanya proses belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

Hal-hal yang termasuk pada faktor intern ada tiga, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Yang termasuk faktor jasmaniah antara lain: (1) faktor kesehatan – inilah faktor yang paling utama, dengan kesehatan yang prima, maka dapat dipastikan mampu melaksanakan pembelajaran secara maksimal . (2) cacat tubuh – jika siswa mengalami cacat tubuh, maka dalam pembelajarannya kurang maksimal sehingga diperlukan alat bantu dalam proses pembelajaran. Untuk faktor psikologis antara lain: (1) intelegensi (kecerdasan) – dalam situasi yang sama, siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang rendah. (2) perhatian – siswa harus memiliki perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. (3) minat – apabila bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, maka dapat dipastikan dalam pembelajarannya tidak maksimal. (4) bakat – bila pelajaran yang disampaikan sesuai dengan bakat siwa, maka hasilnya belajarnya lebih baik, karena ia senag dan dia akan minat untuk mengembangkannya lebih lanjut. (5) motif – alasan siswa melakukan pembelajaran, dimaksudkan agar tujuan dari pembelajaran tercapai secara maksimal. (6) kematangan – dalam hal ini berarti kondisi fisik siswa yang siap untuk melaksanakan kecakapan baru yang diperolehnya dari belajar. (7) Kesiapan – kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Serta faktor kelelahan, hal ini erat kaitannya dengan faktor jasmaniah (kesehatan).

Adapun faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi proses belajar mengajar, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Hal-hal yang termasuk faktor keluarga antara lain: (1) cara orang tua mendidik. (2) relasi antar anggota keluarga. (3) suasana rumah. (4) keadaan ekonomi keluarga. (5) pengertian orang tua. (6) latar belakang kebudayaan. Selanjutnya, hal-hal yang termasuk faktor sekolah adalah: (1) metode mengajar. (2) kurikulum. (3) relasi guru dengan siswa. (4) relasi siswa dengan siswa. (5) disiplin sekolah. (6) alat pelajaran. (7) waktu sekolah. (8) standar pelajaran di atas ukuran. (9) keadaan gedung. (10) metode belajar. (11) tugas rumah. Sedangkan hal-hal yang terdapat dalam faktor masyarakat yaitu: (1) kegiatan siswa dalam masyarakat. (2) mass media. (3) teman bergaul. dan (4) bentuk kehidupan masyarakat.

Daftar Pustaka

Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati.1993.Upaya optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhaimin, dkk.1996.Strategi Belajar Mengajar.Surabaya: CV. Citra Media
S. Nasution.1995.Didaktik Asas-asas Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara
Slameto.1995.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta

Contoh Pendahuluan Makalah (Makalah Kuliah Filsafat Islam 2009)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak umat islam di Indonesia ini yang belum mengetahui ilmu tasawuf. Lebih-lebih tokoh-koh tasawufnya, di sini penulis akan menjabarkan beberapa tokoh tasawuf di negri ini, agar nantinya kita semua bisa memahami tasawuf lebih jauh.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tasawufnya Hamzah Fansuri ?

2. Bagaimana tasawufnya al Raniri ?

3. Bagaimana tasawufnya Yusuf al Makassari ?

4. Bagaimana tasawufnya Nawawi al Bantani ?

C. Tujuan

1. Untuk mengatahui tasawufnya Hamzah Fansuri.

2. Untuk mengetahui tasawufnya al Raniri.

3. Untuk mengetahui tasawufnya Yusuf al Makassari.

4. Untuk mengetahui tasawufnya Nawawi al Bantani.

Contoh Penutup Makalah (Makalah Kuliah Filsafat Islam 2009)

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ajaran tasawuf Hamzah Fansuri adalah tentang: Tuhan itu lebih dekat dari urat leher manusia.

2. al Raniri adalah pengikut tasawuf yang mu'tabarah dan pengamal berbagai-bagai thariqah sufiyah. Selain itu ia menekankan adanya keselarasan antara praktek mistik dan syari'at merupakan bagian dari ajaran tarekat Aydarusiyyah.

3. Ajaran tasawuf Yusuf al Makassari adalah Syari’at dan hakikat yang harus dipandang dan diamalkan sebagai suatu kesatuan.

4. Tasawuf Nawawi al Bantani adalah Penguasaan ilmu lahiriah semata tanpa penguasaan ilmu batin akan berakibat terjerumus dalam kefasikan, sebaliknya seseorang berusaha menguasai ilmu batin semata tanpa dibarengi ilmu lahir akan terjerumus ke dalam zindiq.

B. Saran

Bagi para pembaca yang budiman, di sini telah dijabarkan sejumlah ajaran tasawuf dari para sufi di Indonesia, jika di dalamnya terdapat kebaikan maka sudah selayaknya kita mengambilnya dan mengamalkan, dan jika tidak baik sudah barang tentu kita tinggalkan yang buruk itu agar kita semua nantinya selamat di akhirat kelak. Wallahu’alam

Minggu, 06 November 2011

Contoh Mukaddimah Khutbah Jumat

اَلحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ المَلِكُ الحَقَّ المُبِينُ . وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ صَادِقُ الوَعْدِ الأَمِينَ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ . أَمَّا بَعْدُ . قَالَ تَعَالىَ فِي القُرْآءنِ العَظِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْـتُمْ مُسْلِمُونَ . وَ قَالَ تَعَالىَ أَيْضً: وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ . اَلحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ . وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَآءِ وَ المُرْسَلِينَ وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ . أَمَّا بَعْدُ . قَالَ تَعَالىَ فِي القُرْآءنِ الكَرِيْمِ: لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Senin, 26 September 2011

Upacara Ngaben Bali

Upacara Ngaben Bali[1]

Indotoplist.com[2]: Ngaben adalah upacara penyucian atma (roh) fase pertama sbg kewajiban suci umat Hindu Bali terhadap leluhurnya dengan melakukan prosesi pembakaran jenazah. Seperti yg tulis di artikel ttg pitra yadnya, badan manusia terdiri dari badan kasar, badan halus dan karma. Badan kasar manusia dibentuk dari 5 unsur yg disebut Panca Maha Bhuta yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat cair), teja (zat panas) bayu (angin) dan akasa (ruang hampa). Kelima unsur ini menyatu membentuk fisik manusia dan digerakan oleh atma (roh). Ketika manusia meninggal yg mati adalah badan kasar saja, atma-nya tidak. Nah ngaben adalah proses penyucian atma/roh saat meninggalkan badan kasar.

Ada beberapa pendapat ttg asal kata ngaben. Ada yg mengatakan ngaben dari kata beya yg artinya bekal, ada juga yg mengatakan dari kata ngabu (menjadi abu), dll.

Dalam Hindu diyakini bahwa Dewa Brahma disamping sbg dewa pencipta juga adalah dewa api. Jadi ngaben adalah proses penyucian roh dgn menggunakan sarana api sehingga bisa kembali ke sang pencipta yaitu Brahma. Api yg digunakan adalah api konkrit untuk membakar jenazah, dan api abstrak berupa mantra pendeta utk mem-pralina yaitu membakar kekotoran yg melekat pada atma/roh.

Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara Pelebon kepada orang yang meninggal dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui rienkarnasi. Karena upacara ini memerlukan tenaga, biaya dan waktu yang panjang dan besar, hal ini sering dilakukan begitu lama setelah kematian.

Untuk menanggung beban biaya, tenaga dan lain-lainnya, kini masyarakat sering melakukan pengabenan secara massal / bersama. Jasad orang yang meninggal sering dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi, namun bagi beberapa keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya dengan menyimpan jasad orang yang telah meninggal di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Selama masa penyimpanan di rumah itu, roh orang yang meninggal menjadi tidak tenang dan selalu ingin kebebasan.

Hari baik biasanya diberikan oleh para pendeta setelah melalui konsultasi dan kalender yang ada. Persiapan biasanya diambil jauh-jauh sebelum hari baik ditetapkan. Pada saat inilah keluarga mempersiapkan "bade dan lembu" terbuat dari bambu, kayu, kertas yang beraneka warna-warni sesuai dengan golongan atau kedudukan sosial ekonomi keluarga bersangkutan.

Prosesi ngaben dilakukan dgn berbagai proses upacara dan sarana upakara berupa sajen dan kelengkapannya sbg simbol-simbol seperti halnya ritual lain yg sering dilakukan umat Hindu Bali. Ngaben dilakukan untuk manusia yg meninggal dan masih ada jenazahnya, juga manusia meninggal yg tidak ada jenazahnya spt orang tewas terseret arus laut dan jenazah tdk diketemukan, kecelakaan pesawat yg jenazahnya sudah hangus terbakar, atau spt saat kasus bom Bali 1 dimana beberapa jenazah tidak bisa dikenali karena sudah terpotong-potong atau jadi abu akibat ledakan.

Untuk prosesi ngaben yg jenazahnya tidak ada dilakukan dengan membuat simbol dan mengambil sekepal tanah dilokasi meninggalnya kemudian dibakar. Banyak tahap yg dilakukan dalam ngaben. Dimulai dari memandikan jenazah, ngajum, pembakaran dan nyekah. Setiap tahap ini memakai sarana banten (sesajen) yg berbeda-beda. Ketika ada yg meninggal, keluarganya akan menghadap ke pendeta utk menanyakan kapan ada hari baik utk melaksanakan ngaben. Biasanya akan diberikan waktu yg tidak lebih dari 7 hari sejak hari meninggalnya.

Setelah didapat hari H (pembakaran jenazah), maka pihak keluarga akan menyiapkan ritual pertama yaitu nyiramin layon(memandikan jenazah). Jenazah akan dimandikan oleh kalangan brahmana sbg kelompok yg karena status sosialnya mempunyai kewajiban untuk itu. Selesai memandikan, jenazah akan dikenakan pakaian adat Bali lengkap. Selanjutnya adalah prosesi ngajum, yaitu prosesi melepaskan roh dengan membuat simbol2 menggunakan kain bergambar unsur2 penyucian roh.

Pada hari H-nya, dilakukan prosesi ngaben di kuburan desa setempat. Jenazah akan dibawa menggunakan wadah, yaitu tempat jenazah yg akan diusung ke kuburan. Wadah biasanya berbentuk padma sbg simbol rumah Tuhan. Sampai dikuburan, jenazah dipindahkan dari wadah tadi ke pemalungan, yaitu tempat membakar jenazah yg terbuat dari batang pohon pisang ditumpuk berbentuk lembu.

Disini kembali dilakukan upacara penyucian roh berupa pralina oleh pendeta atau orang yg dianggap mampu untuk itu (biasanya dari clan brahmana). Pralinaadalah pembakaran dgn api abstrak berupa mantra peleburan kekotoran atma yg melekat ditubuh. Kemudian baru dilakukan pembakaran dgn menggunakan api kongkrit. Jaman sekarang sudah tidak menggunakan kayu bakar lagi, tapi memakai api dari kompor minyak tanah yg menggunakan angin.

Umumnya proses pembakaran dari jenazah yg utuh menjadi abu memerlukan waktu 1 jam. Abu ini kemudian dikumpulkan dalam buah kelapa gading untuk dirangkai menjadi sekah. Sekah ini yg dilarung ke laut, karena laut adalah simbol dari alam semesta dan sekaligus pintu menuju ke rumah Tuhan. Demikian secara singkat rangkaian prosesi ngaben di Bali. Ada catatan lain yaitu utk bayi yg berumur dibawah 42 hari dan atau belum tanggal gigi, jenazahnya harus dikubur. Ngabennya dilakukan mengikuti ngaben yg akan ada jika ada keluarganya meninggal.

Status kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya. Secara umum, orang Bali merasakan bahwa roh yang lahir kembali ke dunia hanya bisa di dalam lingkaran keluarga yang ada hubungan darah dengannya. Lingkaran hidup mati bagi orang Bali adalah karena hubungannya dengan leluhurnya.

Setiap orang tahu bahwa di satu saat nanti dia akan menjadi leluhur juga, yang di dalam perjalannya di dunia lain harus dipercepat dan mendapatkan perhatian cukup bila sewaktu-waktu nanti kembali menjelma ke Pulau yang dicintainya, Pulau Bali.

Sumber: www.badungkab.go.id, baliguide.biz, id.wikipedia.org



[1] “Upacara Ngaben Bali” http://info.indotoplist.com/?YldWdWRUMWtaWFJoYVd3bWFXNW1iMTlwWkQweU5UST0=, diakses 26 September 2011, 21:48 WIB

[2] IndoTopList.com adalah layanan online iklan, direktori bisnis dan info wisata yang merupakan partner terbaik sebagai media promosi bisnis di Indonesia, menggunakan Content Management System (CMS) yang sangat memudahkan pengguna dalam melakukan input, updating serta pengaturan posisi dan ranking secara online sesuai tujuan promosi usaha Anda. IndoTopList.com juga menyediakan informasi umum seperti tempat wisata, budaya, tokoh, profile daerah, instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan dll.